Menanyakan Keefektifan Law of Attraction

(Hari Sabtu ini, Edy akan berdiskusi dengan Romo. Edy ke rumah Romo dengan membaw oleh setangkeb buah pisang. Romo menyambut suka cita kedatangan Edy, meskipun Romo tahu bahwa edy sedang berada dalam sedikit masalah. Romo segera mempersilahkan Edy untuk duduk. Tak lama kemudian, Bu Siti istri Romo membawakan dua cangkir the manis.)

Edy : “Izin bertanya Romo. Apakah hukum daya tarik sifatnya pilih kasih. Soalnya saya sulit mewujudkan apa yang saya inginkan. Padahal di internet dan buku saya lihat orang lain mudah sekali dalam mewujudkan apa yang dia inginkan. Saya sudah melakukan afirmasi dan visualisasi. Tapi hasilnya tak kunjung sesuai dengan apa yang kita inginkan?”

Romo : “Apa yang sebenarnya kamu inginkan?”

Edy : “Saya ingin mobil putih, besar, harga dua ratusan juta, seperti milik kakak saya”

Romo : “Kapan kamu punya rencana untuk memilikinya?”

Edy : “Secepatnya, Romo. Lebih cepat lebih baik, saya ingin cepat punya mobil”

Romo : “Cepat itu kapan, sebutkan waktunya?”

Edy : “Bisa besok, misalnya, tau lusa, minggu depan, paling lambat bulan depan ”

Romo : “Bersyukurlah ada jeda waktu. Sehingga kamu dapat mengoreksi keinginanmu. Kalau yang kamu inginkan seketika terwujud, maka kamu akan kesulitan. Misalnya kamu punya mobil saat ini, apakah kamu sudah punya tempat parkirnya, apa kamu sudah mempersiapkan biaya perawatannya”

Edy : “Belum Romo, untuk apa saya mempersiapkannya, kan saya sudah menvisualisasikannya?”

Romo : “Memanfaatkan hukum daya tarik, diibaratkan kita merawat biji bibit yang kita tanam. Setelah ditanam harus kita beri air, pupuk, dan pencahayaan yang baik. Hal ini kita harus lakukan setiap hari secara konsisten. Kalau tidak konsisten, kau tahu apa jadinya. Bisa-bisa tanaman menjadi layu dan mati. Demikian juga keinginan. Jika ingin terwujud, maka harus berbuat tentang apa yang harus dilakukan agar keinginan itu terwujud karena mu. Misalnya kamu ingin mobil, setiap hari kamu harus melakukan hal-hal yang bisa membuat mobil itu terwujud.”

Edy : “Apa saja yang perlu dilakukan, Romo?”

Romo : “Kita perlu mengoreksi setiap pikiran yang melintas di dalam diri kita. Seperti halnya visualisasi, karena tidak ada papan tulis di semesta ini, misalnya kita punya mobil, maka kita harus mengulangi kegiatan visualisasi ini secara berulang-ulang. Sampai visualisasi masuk ke alam bawah sadar. Kita tahu alam bawah sadar sifatnya menggerakan atau menginspirasi. Dengan kata lain kita berbuat atas dasar memori yang ada dalam pikiran bawah sadar. Tanda-tanda visualisasi itu sudah masuk ke alam bawah sadar adalah kita benar-benar keinginan kita benar-benar terwujud, sehingga kita berperilaku seperti halnya keinginan itu sudah terwujud. Kalau kita sudah yakin bahwa keinginan kita sudah terwujud, dan berbuat seolah itu terwujdu, maka jalan akan terbuka.”

Edy : “Jadi, saya tidak boleh mempertanyakan dan mengeluhkan, kenapa hal itu belum terwujud begitu, Romo?”

Romo : “Mempertanyakan dan mengeluhkan adalah tanda berkurangnya keyakinan dalam diri. Bersyukurlah ada jeda waktu, sehingga yang kau keluhkan belum terjadi. Jadi kau bisa mengoreksi yang ada di pikiranmu. Bayangkan, kita tiba-tiba memikirkan Dinosaurus, tiba-tiba Dinosaurus itu hadir di depanmu. Tentunya kamu akan ketakutan. Bayangkan kamu memikirkan mobil antik yang telah rusak, tiba-tiba mobil tersebut ada depanmu, maka kau akan mengalami kesulitan pula”

Edy : “Terima kasih, Romo. Atas penjelasannya. Kemudian, bagaiman cara saya menjaga keyakinan kita agar tidak berubah-ubah?”

Romo : “Dalam sehari kita memikirkan lebih dari 60.000 pikiran. Kita tidak mungkin mengoreksi satu per satu pikiran itu. Kalau hal itu kita lakukan, maka bisa membuat kita gila. Maka, dari itu kita mempunyai mekanisme, yaitu panduan perasaan. Perasaan menunjukkan hal dominan yang kita pikirkan. Dengan memperhatikan apa yang dominan kita pikirkan, kita bisa mengetahui mana yang sesuai dengan diri kita atau tidak. Misalnya, menginginkan sebuah mobil, namun kita selalu mengeluh, marah, kecewa, atau berkata-kita tidak sesuai dengan keinginan kita, itu tanda bahwa pikiran kita tidak selaras dengan keinginan kita. Ini saatnya untuk mengubah perasaan menjadi selaras dengan keinginan kita ”

Edy : “Bagaimana cara mengubah perasaan, saat kita marah, atau kecewa?”

Romo : “Terkadang kita menjalani kehidupan bukan atas dasar pengetahuan yang kita pelajari, namun trauma akibat peristiwa yang kita alami. Maka, kita harus melepaskan perasaan akibat trauma yang kita alami. Cara melepaskan trauma ini adalah dengan meditasi, manajemen stres, berdoa, atau meminta tolong kepada orang yang kompeten dan masih banyak lagi. Saya tidak menganjurkan untuk curhat, karena pada kebanyakan kasus, curhat tidak menyelesaikan masalah, namun malah menambah masalah. Saat kau merasakan perasaan yang tidak baik, cobalah melakukan hal-hal yang membuat perasaan baik, misalnya memikirkan orang yang kita sayangi, menyanyi, berjalan-jalan,dan sebagainya”

Edy : “Baik, Romo. Terima kasih penjelasannya. Jadi, kesimpulannya, saya harus melepaskan trauma yang ada pada diri saya. Agar perasaan saya menjadi lebih positif, sehingga selarasa dengan keinginan saya. Kalau boleh tahu, apa saja perasaan positif dan apa saja perasaan negatif.”

Romo : “Perasaan negatif diantaranya merasa tak berharga, menyalahkan, putus asa, menyesal, kwatir, benci, dan menghina, sedangkan perasaan positif diantaranya penegasan, yakin, optimis, memaafkan, memahami, berpikir mendalam, rasa hormat mendalam, tenang dan hening, kebahagiaan luar biasa, dan tak terlukiskan.”

Edy : “Kalau ada emosi tersebut, apa akibatnya, bila perasaan negati bagaimana, bila perasaan negatif bagaimana?

Romo : “Perasaan memengaruhi perilaku, merasa tak berharga membuat bersikap menolak segala sesuatu, menyalahkan membuat bersikap menghancurkan sesuatu, putus asa membuat bersikap menyerah, menyesal membuat bersikap sangat tidak bahagia, kwatir membuat bersikap menarik diri, benci membuat bersikap agresif, menghina membuat bersikap sombong, penegasan membuat bersikap memberdayakan diri, yakin membuat bersikap terbebas dari keterikatan, optimis membuat bersikap memiliki tujuan yang jelas, memaafkan membuat sikapnya tidak terpengaruh keadaan, memahami membuat bersikap selalu berpikir mendalam, rasa hormat mendalam membuat dia mampu mengungkapkan sesuatu yang berharga yang sebelumnya tersembunyi, tenang dan hening membuat dia mengalami perubahan kesadaran, kebahagiaan luar biasa membuat dia berproses dalam mencapai pencerahan, tak terlukiskan membuat dia mencapai kesadaran murni.”

Edy : “Baik, Romo.Ternyata saya masih perlu banyak belajar. Saya harus melepaskan trauma-trauma dalam diri saya, juga harus memperbaiki diri agar perasaan saya menjadi lebih baik dan selaras dengan keinginan saya.” (Mata Edy berkaca-kaca karena terharu oleh penjelasan Romo yang jelas dan gamblang, membuat hatinya merasa lega).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar