(Hari Sabtu ini, Edy mengunjungi rumah Romo. Edy ke rumah Romo pukul satu siang. Seperti biasa Romo mengenakan baju surjan, dan blangkon yang dengan warna senada. Dua gelas es durian sudah tersedia di meja. Kali ini dia akan bertanya tentang hal yang membuat dia bertanya-tanya)
Edy : “Izin bertanya Romo. Apa itu hokum daya tarik atau law of attraction?”
Romo : “Menurutmu apa hukum daya tarik itu? Dan untuk apa kamu menanyakannya?”
Edy : “Hukum daya tarik adalah hukum yang membuat kita mampu untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, entah itu benda-benda materi seperti mobil, motor, emas, atau karie yang bagus, kesehatan, dan hubungan sosial yang bagus.”
Romo : “Kalau begitu, apa yang sebenarnya kamu inginkan?”
Edy : “ya sukses lah”
Romo : “Sekarang apa kamu merasa hidupmu belum sukses?”
Edy : “Belum, Romo, saya masih banyak masalah. Saya kurang sehat, karier saya mandheg, keuangan saya kacau, dan hubungan sosial saya bermasalah, ”
Romo : “Orang-orang yang membicarakan hukum daya tarik atau dalam bahasa Inggrisnya law of attraction, semakin mereka membicarakan hukum daya tarik, mereka terlihat semakin tidak memahami hukum daya tarik. Awalnya mereka semangat membicarakan hukum itu. Mereka membayangkan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kemudian, lama kelamaan mereka tidak mendapatkan apa yang menurut mereka, mereka inginkan. Mereka diibaratkan bermain judi. Untung-untungan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Akhirnya, mereka stres, depresi, akhirnya menganggap hukum daya tarik tidak bekerja”
Edy : “Benar, Romo, itulah kenyataannya, oleh karena itu, saya bertanya, mohon petunjuk.”
Romo : “Banyak yang tidak mengetahui bahwa hukum daya tarik adalah hukum turunan dari hukum yang menjadi hukum dasar bagi semesta ini. Hukum tersebut dinamakan hukum getaran atau disebut dengan law of vibration. Hukum getaran hukum yang menyatakan bahwa setiap benda di dunia ini bergetar dengan frekuensi tertentu. Mulai dari level sub atomik, kita adalah benda yang bergetar. Bahkan tubuh kita yang terlihat solid ini, sebenarnya bila dilihat di mikroskop adalah benda yang bergetar. Orang sering sudah merasa melakukan visualisasi, membayangkan apa yang mereka inginkan. Namun, getaran dalam diri mereka berbeda. Hal ini karena mereka merasa tidak memilikinya. Padahal seperti mobil, motor, dan rumah itu berada di luar kendali mereka. Dalam artian mereka saat itu tidak memiliki kuasa atas hal tersebut. Jadi, mereka menvisualisasikan, kemudian menolaknya kemudian. Akhirnya, apa yang terjadi? Mereka tidak akan pernah memilikinya.”
Edy termenung memikirkan Romo, terlihat dari raut wajahnya berpikir keras tentang pernyataan Romo. Di mimiknya terlihat antara penolakan terhadap perkataan Romo, namun juga tidak bisa menyalahkan, karena yang dikatakan Romo adalah benar.
Romo : “Menggunakan hukum daya tarik tanpa memahami kinerja hukum getaran adalah sesuatu yang menyulitkan. Seharusnya orang harus berfokus dalam getaran dalam dirinya. Bukan di luar dirinya. Getaran dalam diri kita menunjukkan keinginan kita sebenarnya. Misalnya kita ingin sukses dengan mendapatkan mobil, saat kita memeriksa pada perasaan kita, terasa perasaan yang tidak enak. Hal itu menunjukkan bahwa mobil bukanlah hal yang sebenarnya kita inginkan. Namun, bila kita menginginkan kenyamanan, kemudian saat memeriksa perasaan, perasaan kita terasa baik-baik saja, maka itu adalah keinginan kita sebenarnya. Hukum daya menyatakan bahwa rumus sederhana dari perwujudan yang kita inginkan adalah pikiran menjadi kenyataan. Oleh karena itu sangat penting dalam mengukuhkan apa yang diinginkan dalam pikiran. Dan bila keinginan sudah dikukuhkan dalam pikiran, maka kita bisa mulai berusaha mewujudkan dengan cara visualisasi.”
Edy : “Apa yang dimaksud dengan visualisasi, Romo?
Romo : “Visualisasi adalah salah satu usaha seseorang dalam rangka menggunakan hukum daya tarik untuk mewujudkan yang dia inginkan. Visualisasi sesuai dengan namanya adalah menggunakan indra visual untuk membayangkan apa yang benar-benar kita inginkan. Namun, dalam praktiknya visualisasi tidak hanya menggunakan indra penglihatan. Namun, menggunakan seluruh indra kita, termasuk di dalamnya perasaan yang bekerja. Misalnya kita menginginkan mobil, kita mulai membuat visualisasi dengan seolah-olah duduk berada di dalamnya, melihat setir, speedometer, warna interior mobil, warna eksterior mobil, bentuk kacanya bagaimana, juga asesoris dalam mobil, menghirup bau parfum dalam mobil, merasakan empuknya kursi mobil, membayangkan kaki kiri menginjak dna mendorong kopling, kaki kanan menginjak dan mendorong rem, memasukkan kunci mobil ke tempatnya, menghidupkan mobil, kemudian dengan jelas merasakan halusnya getaran mobil, kemudian mendengar suara mesin dengan jelas, kemudian dengan pelan melepas kopling, memasukkan gigi satu, kaki kanan melepas rem pelan-pelan, kemudian kaki kanan menginjakkan kaki ke gas, kaki kanan menginjak dan mendorong gas pelan-pelan, dan melepaskan gas pelan-pelan. Kemudian membayangkan dan merasakan mobil perlahan-perlahan berjalan seiring kopling dilepaskan. Setelah mobil berjalan maka kaki kiri perlahan menginjak dan mendorong kopling, sementara kaki kanan melepaskan gas, kemudian masuk gigi dua. Kemudian, kaki kiri perlahan-lahan perlahan-lahan melepaskan kopling, sembari kaki kanan menginjak dan mendorong gas. Kemudian, mobil berjalan dengan lebih nyaman. Demikian seterusnya sampai mencapai gigi tiga atau empat. Bayangkan menjalankan mobil jalan depan rumah, jalan satu lingkungan, kemudian jalan yang luas dan besar. Nikmati perjalanan mengendarai mobil dalam visualisasi ini dengan membayangkan seolah-olah hal itu benar-benar terjadi.”
Edy : “Kenapa harus seolah-olah nyata, Romo. Bukankah hal itu berarti membohongi diri sendiri?”
Romo : “Kita adalah makhluk tiga dimensi yang dipengaruhi oleh ruang yaitu depan, belakang, kiri, kanan, atas, dan bawah. Kita mengukur diri kita dengan satuan panjang, lebar, dan tinggi. Di dunia kita ada hukum yang berlaku sangat ketat, yaitu sebab akibat. Hukum daya tarik adalah hukum yang pada dasarnya seperti halnya hukum vibrasi bisa melampaui dimensi ke tiga, juga berlaku pada dimensi-dimensi di atas, termasuk dimensi ke empat. Dimensi-dimensi yang berada di atas memengaruhi bawahnya. Dimana dimensi ke empat, memengaruhi dimensi ke tiga, dimensi ke tiga memengaruhi dimensi ke dua, dimana di dimensi itu ada dimensi berupa bidang datar, dimensi ke dua memengaruhi dimensi pertama, dimana pada dimensi pertama ada titik dan garis. Pada dimensi ke empat, waktu bersifat relatif, tidak dibedakan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Jadi, waktu dianggap sama. Pikiran sadar kita dalam kondisi sadar hanya menjangkau dimensi ke tiga. Namun, pikiran bawah sadar mampu menjangkau dimensi-dimensi di atasnya. Tujuan kita melakukan visualisasi adalah agar gambaran-gambaran tersebut masuk ke alam bawah sadar kita. Dan menggerakkan diri kita untuk mencapai sesuai dengan yang kita visualisasikan ”
Edy : “Apa hubungan antar dimensi dengan hukum daya tarik, Romo?”
Romo : “Dimensi ke tiga yang kita sadari sifatnya memaksakan, kita tahu gunung meletus, banjir, tanah longsor adalah mekanisme alami untuk menjaga alam tetap harmonis. Sementara, dimensi ke empat sifatnya menggerakkan atau menginspirasi. Dengan memanfaatkan hukum daya tarik yang menjangkau dimensi ke empat, kita bisa terinspirasi atau tergerakkan untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Misalnya, kamu menginginkan sebuah mobil, maka jika ada kesempatan masuk ke show room mobil atau dealer, masuklah meskipun hanya melihat-lihat. Jangan perhatikan keadaanmu yang belum punya uang, atau banyak hutang, tetapi perhatikan peluang yang memungkinkan untuk bisa mendapatkan mobil itu. Bisa saja, di dalam mobil ada potongan harga, atau ada mobil yang sesuai dengan kondisi keuanganmu. Hal ini berlaku juga untuk melunasi hutang. Bayangkan hutang sudah lunas. Bayangkan kebahagiaan saat hutang-hutangmu sudah lunas. Bayangkan hal-hal itu seolah-olah benar-benar terjadi. Bayangkan saat-saat itu sebagai saat istimewa sebagai salah prestasimu yang luar biasa. ”
Edy : “Bisa diartikan, berarti semakin cepat kita berbuat, maka semakin besar keberhasilan menggunakan hukum daya tarik?”
Romo : “Benar sekali, hukum daya tarik menyukai kecepatan, maka jika ada kesempatan melakukan suau yang perlu dilakukan untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, lakukanlah. Jangan-jangan menunda-nunda, karena menunda adalah awal dari lambatnya perwujudan apa yang kita inginkan .”
Edy : “Bagaimana penjelasan visualisasi bisa mewujudkan apa yang kita ingin. Karena, menurut yang saya terima, visualisasi hanya proses membayangkan semata?”
Romo : “Sebenarnya proses perwujudan melalui tiga tahap, yaitu ingin, yakin, dan menerima. Visualisasi adalah langkah pertama yaitu menginginka. Menginginkan tersebut bisa berupa mobil, rumah atau apapun yang kita inginkan. Namun perlu diingat hal itu masih dalam langkah pertama. Masih ada langkah berikutnya, yaitu yakin. Dalam proses yakin ini, merupakan proses mengasyikkan tersendiri. Dimana kita akan berlatih mempercayai apa yang kita inginkan, perlahan-lahan menjadi nyata. Bila kita menginginkan kemudian percaya, langkah-langkah akan terbuka. Namun, sebaliknya bila kita ragu atau pelan-pelan tidak percaya keinginan kita bisa terwujud, maka semua keinginan akan batal terwujud.”
Edy : “Bagaimana caranya agar kita yakin, Romo. Fakta yang ada di depan mata dengan keinginan, kesenjangannya terlampau jauh?”
Romo : “Bisa diibaratkan seseorang yang ingin sampai di punvak gunung Lawu, namun dia masih di kaki gunung. Maka, dalam proses mendaki, dia akan berjalan langkah demi langkah, seratus meter demi seratus meter. Setelah berjalan seratus meter, jalan berikutnya akan terbuka. Begitu seterusnya sampai berada di puncak. Begitulah kehidupan kita menjalani dalam tahap demi tahap. Kalau kita ingin keinginan kita terwujud, maka kita harus yakin bahwa setiap proses kehidupan, mewujudkan keinginan kita”
Edy : “Jika saya sudah yakin, Romo, berapa lamakah kita harus menunggu lama waktu menerima?
Romo : “Kita adalah makhluk tiga dimensi yang tinggal di dunia empat dimensi. Di tiga dimensi kita mengenal ruang depan, belakang, kiri, kanan, atas, dan bawah. Sementara di dimensi ke empat meliputi itu semua ditambah waktu. Di dimensi ke empat waktu tidaklah mutlak. Perbedaan antara masa depan, masa kini, dan masa lalu tidak ada lagi. Pada dimensi ke empat ruang dan waktu melengkung setelah ada masa yang melewatinya. Maka, proses terwujudnya keinginan, tinggal seberapa yakin kita. Dan keyakinan memengaruhi intensitas dari proses dari yang perwujudan yang kita inginkan.”
Edy : “Kenapa keyakinan memengaruhi intensitas proses perwujudannya, Romo?”
Romo : “Saat kita yakin, hal tersebut memengaruhi energi kita. Kemana perhatian kita tertuju, energi mengalir ke tujuan tersebut. Saat kita yakin, maka perhatian kita terfokus, kemudian kita terinspirasi atau tergerakkan untuk mewujudkan keinginan kita. Di situlah dengan keyakinan mendalam maka perlahan-lahan kita akan melihat proses untuk terwujudnya keinginan nampak. Sebaliknya, kalau kita tidak yakin, maka kita akan tergerak, kita akan mengabaikan, akibatnya proses perwujudan terhenti.”
Edy : “Jadi, hukum daya tarik, tidak menginginkan kita bervisualisasi, kemudian berpangku tangan, nggih, Romo?
Romo : “Benar sekali. Inilah kadang yang tidak dipahami seseorang. Mereka telah melakukan afirmasi dan visualisasi. Kemudian, mereka diam. Tidak mengambil tindakan saat ada peluang. Padahal tanpa mereka sadari, bahwa getaran di dalam energi mereka berbalik dengan keinginan mereka. Hasilnya keinginan gagal terwujud. Sebaliknya, jika mereka menyelaraskan diri dengan keinginan, makadengan getaran yang selaras, proses perwujudan akan berlanjut.”
Edy : “Menurut Romo, apakah banyak orang yang tidak selarasa dengan keinginannya?”
Romo : “Benar. Mereka berkata ingin sesuatu hal, namun tidak mampu menyebutkan detailnya, dengan alasan-alasan tertentu untuk menutupi ketidakmampuan mengungkapkan keinginannya. Hal ini seperti melihat bioskop dengan gambar buram. Mereka sendiri, tidak tahu apa yang sebenarnya mereka ingin.”
Edy : “Bagaimana cara mengetahui apa yang benar-benar kita inginkan, Romo?
Romo : “Kejelasan adalah kekuatan. Dengan kejelasan yang benar-benar jelas, kita mengetahui apa yang sebenarnya kita inginkan. Tentunya ini sifatnya subyektif. Tidak boleh meniru-niru orang lain. Misalnya kita menginginkan sebuah mobil, kita harus bisa menyebutkan merknya apa, warna, keluaran tahun berapa, tipe, bengkel mana bisa dibeli, bahkan dibeli dengan harga berapa. Tuliskan deng benar-benar detail.”
Edy : “Bagaimana semisal kita memperoleh yang tidak kita inginka, misalnya warna mobil yang berbeda?”
Romo : “Semesta memiliki koreksi yang jelas. Di dimensi ke tiga ini, selian hukum daya tarik, hukum sebab akibat juga sangat ketat. Namun, kabar baiknya, ada jeda waktu, diantara keinginan dan perwujudan, sehingga kalau sesuatu tidak seperti yang kita inginkan, maka kita bisa mengoreksinya.”
Edy : “Oh iya, Romo. Bagaimana penjelasan tentang proses yang ke tiga yaitu menerima tadi?
Romo : “Dalam proses menerima ini. Kita menerima apa yang kita inginkan. Jangan menolak, jangan menyanggah. Karena dengan penyanggahan berarti membatalkan terwujudnya apa yang kita inginkan. Misalnya, saat sudah mampu memiliki mobil, segeralah sediakan garasi, alat pembersih, perawatan, dan lain-lain. Hal sebagai wujud kita telah siap menerima dengan baik.
Edy : “Baik, Romo. Terima kasih penjelasannya. Sekarang saya mau izin pamit dulu, Romo.”
Romo : “Iya, silakan. Dan ingat, jangan lupa bahagia, karena bahagia akan selalu memperbarui energimu.”
Edy : “Inggih, Romo, terima kasih.”
(Edy akhirnya pulang dengan hati lega. Kecamuk pikiran yang selama ini ada di pikirannya kini pelan-pelan pudar. Pengetahuan tentang hukum daya tarik yang dia pahami selama, telah dicerahkan oleh penjelasan Romo. Akhirnya di pulang dengan bahagia.)
0 komentar:
Posting Komentar