Mari Membaca

Bagaimana Memahami Kesadaran?

(Hari Sabtu ini, Edy berkunjung ke rumah Romo. Kali ini Edy akan membahasa mengenai kesadaran bersama Romo. Baginya kesadaran adalah sesuatuyang masih merupakan misteri. Dia ingin mendapatkan pencerahan dengan membahasnya bersama Romo.)

Edy : “Izin bertanya Romo. Apakah yang dimaksud dengan kesadaran?”

Romo : “Dalam bahasa Inggris kesadaran mempunyai banyak terjemahan, yaitu awareness, conciousness, realization, awakening, cognition, sense, sentient, dan presence of mind. Jadi, kalau kita membahas kesadaran akan banyak kata-kata yang mungkin sulit untuk dijelaskan. Bahkan, bagi kita, rancu antara kesadaran, emosi atau perasaan, dan sikap atau perilaku. Ketiganya saling terhubung namun ada perbedaan. Kesadaran sifatnya relatif tetap, tidak berubah, kecuali secara sadar dirubah atau ada peristiwa tertentu yang mengubahnya. Perasaan berubah mengikuti tingkat kesadarannya. Adanya sikap atau perilaku, karena ada perasaan yang memicunya.”

Edy : “Bukankah perilaku berdasarkan pengetahuan yang kita dapatkan?”

Romo : “Seharusnya memang demikian. Namun, faktanya kita berbuat sesuatu karena adanya dorongan perasaan yang menyertainya. Misalnya, kita memilih jeruk atau apel, karena alasan senang salah satu diantara keduanya. Kita memilih hitam atau putih karena alasan senang salah satu diantara keduanya. Kita terbiasa hidup dalam dualitas. Jika benar lawannya salah. Jika putih lawannya adalah putih. Berpikir terlalu binner seperti ini membuat pikiran kita terpecah, tidak bisa fokus pada tujuan kita hidup sebenarnya.”

Edy : “Menurut Romo, tujuan manusia hidup sebenarnya itu, apa?”

Romo : “Tergantung kesadarannya.”

Edy : “Bisa dijelaskan lebih jelasnya, Romo? ”

Romo : “Mari kita memahami tentang peta kesadaran. Kesadaran ada dua, ada kesadaran tinggi, ada kesadaran rendah. Peta kesadaran adalah kesadaran yang dipetakan dengan level-level energi tertentu. Hal ini dipetakan oleh David R. Hawkins. Dimana level terendah adalah 20 ke bawah, dan tertinggi adalah 1000. Yang pertama malu level 20, rasa bersalah level 30, apatis level 50, duka level 75, ketakutan level 100, hasrat level 125, marah level 150, bangga diri level 175, keberanian level 200, kenetralan level 200, kemauan level 310, menerima level 350, berpikir level 400, cinta level 500, suka cita level 540, damai level 600, dan pencerahan level 700-1.000. Perlu kamu ketahui bahwa setiap kesadaran memuat emosi tertentu yang memengaruhi perilaku. Mulai dari kesadaran malu memuat emosi merasa tak berharga sehingga dia bersikap menolak segala sesuatu, rasa bersalah memuat emosi menyalahkan sehingga dia bersikap menghancurkan sesuatu, apatis memuat emosi putus asa sehingga dia bersikap menyerah, duka memuat emosi menyesal sehingga dia bersikap sangat tidak bahagia, takut membuat emosi kwatir sehingga dia bersikap menarik diri, marah memuat emosi benci sehingga dia bersikap agresif, bangga memuat emosi menghina sehingga dia bersikap sombong, berani memuat emosi penegasan sehingga bersikap memberdayakan diri, netralitas memuat emosi yakin sehingga bersikap terbebas dari keterikatan, kemauan  memuat emosi optimis sehingga bersikap memiliki tujuan yang jelas, menerima memuat emosi memaafkan sehingga sikapnya tidak terpengaruh keadaan, berpikir memuat emosi memahami sehingga bersikap selalu berpikir mendalam, cinta memuat emosi rasa hormat mendalam sehingga dia mampu mengungkapkan sesuatu yang berharga yang sebelumnya tersembunyi, suka cita memuat emosi tenang dan hening sehingga dia mengalami perubahan kesadaran, damai memuat emosi kebahagiaan luar biasa sehingga dia berproses dalam mencapai pencerahan, pencerahan memuat emosi tak terlukiskan sehingga saat ini dia mencapai kesadaran murni.”

Edy : “Kenapa manusia ada yang memiliki kesadaran rendah dan ada yang memiliki kesadaran tinggi?”

Romo : “Semua manusia memiliki beban trauma masing-masing dalam kehidupannya. Trauma tersebut sebenarnya memiliki tujuan baik bagi orang yang mengalaminya. Tujuannya adalah agar tidak terulang lagi hal yang sama. Namun, bila hal ini berlangsung terus menerus dan pemiliknya tidak bisa melepaskan traumanya, maka berakibat kurang baik bagi tubuh. Trauma akan tersumbat di bagian tubuh seseorang, menimbulkan sakit.”

Edy : “Trauma bukankah hanya sebuah pengalaman buruk. Kenapa bisa menimbulkan sakit?”

Romo : “Selama ini kita berpendapat bahwa yang memiliki kecerdasan adalah otak. Namun, sebenarnya bagian tubuh yang lain juga mempunyai kecerdasan berdasarkan fungsinya. Bagian tubuh yang lain bisa merekam trauma. Misalnya orang yang resah dalam menjalani hidupnya, akan mengalami keluhan di pinggang dan perut. Dan orang yang merasa beban hidupnya terlalu berat akan mengalami keluhan  di bahu. Mekanismenya demikian, bagian tubuh yang merekam trauma, akan merespon terus-menerus apabila ada pemicu trauma tersebut muncul. Misalnya pemicu trauma adalah merasa hidup terasa terlalu berat, saat dia menghadapi tantangan yang menurutnya terlalu berat, maka keluhan akan muncul di bagian bahu.”

Edy : “Bagaiman cara menghilangkan trauma tersebut?”

Romo : “Dengan cara melepaskan trauma yang ada pada tubuh. Misalnya pada tangan dengan dikibas-kibaskan sampai traumanya hilang. Kemudian misalnya di bahu, bahu biarkan bergerak sampai trauma di bahu tersebut hilang. Demikian juga, misalnya trauma tersebut menyebabkan hambatan di sekitar pinggang dan perut, maka gerak-gerakkan sampai traumanya hilang. Lakukan sehari dua kali, pagi dan sore. Hal ini memang tidak mudah, tapi jika dilakukan secara teratur maka trauma akan lepas dan terjadilah kesembuhan”

Edy : “Izin bertanya , Romo. Bagaimana kehidupan saat berada pada setiap kesadaran tersebut?”

Romo : “Pada kesadaran rendah sifatnya adalah memaksakan kehendak, pada kesadaran tinggi sifatnya adalah menggerakkan atau menginspirasi. Pada kesadaran rendah menghabiskan energi, pada kesadaran tinggi mengelola atau memperbarui energi. Pada kesadaran rendah, seseorang akan melihat keluar diri, pada kesadaran tinggi, seseorang akan melihat ke dalam diri. Pada kesadaran rendah, seseorang akan menciptakan konflik, entah itu konflik diri, konflik masyarakat, atau pun konflik lingkungan. Pada kesadaran tinggi, seseorang akan menciptakan suatau lingkungan pemberdayaan diri, baik diri sendiri, masyarakat, maupun lingkungan, sampai dia mencapai kesejahteraan. Misalnya pada kesadaran malu, maka dia memaksa diri untuk menolak diri sendiri dari kehidupan masyarakat, bahkan bisa sampai menghilangkan diri sendiri. Pada kesadaran rasa bersalah dia akan memaksa orang lain untuk menjadi pihak yang layak disalahkan, jadi dia menganggap dirinya korban. Pada kesadaran apatis dia akan bersikap menyerah pada keadaan sehingga dia akan perkembangan dirinya terhambat dan juga menghambat orang lain. Pada kesadaran duka dia akan bersikap tidak bahagia, sehingga kehidupannya penuh dengan isak tangis. Pada kesadaran takut, dia kan bersikap menarik diri sendiri, sehingga dia mengucilkan diri sendiri dari masyarakat. Pada kesadaran marah dia kan bersikap agresif kasar kepada orang lain dan lingkungannya. Pada kesadaran bangga diri, dia akan bersikap menghina orang lain, menganggap orang lain lebih rendah, dan keras hatinya. Pada kesadaran berani di sini mulai ada perubahan, dimana seseorang mulai pada titik pengembangan dirinya. Dengan tegas dia akan mulai berpindah dari melihat dunia luar, dirinya menjadi korban, beralih melihat ke dalam, dan mengambil tanggung jawab untuk mencapai kesejahteraan. Pada kesadaran netralitas, dia akan terbebas dari keterikatan, dia tidak lagi berpikir dualisme. Tidak lagi berpikir binner yang menjadikan banyak konflik di sekitarnya. Pada kesadaran kemauan, dia sudah memiliki tujuan yang jelas dalam menjalani kehidupannya. Tidak terpengaruh oleh orang lain mengenai tujuan kehidupannya. Pada kesadaran berpikir, seseorang  yang akan selalu berpikir mendalam sehingga akan mencapai puncak pengetahuan yang mengangkat derajat kehidupan. Pada kesadaran cinta, seseorang akan menaruh rasa hormat mendalam, sehingga dia mampu mengungkapkan apa yang sebelumnya tidak dapat diungkapkan. Cinta yang dimaksud di sini bukanlah cinta layaknya laki-laki kepada lawan jenis, karena pada kesadaran ini seseorang sudah lepas dari dualitas. Jadi, cinta di sini sifatnya universal. Pada kesadaran suka cita, seseorang sudah mulai mengalami perubahan kesadaran ke tingkat yang lebih tinggi. Pada kesadaran damai, seseorang akan mengalami proses pencerahan. Dan Pada kesadaran pencerahan, seseorang akan mengalami kesadaran murni yang tidak dapat terlukiskan.”

Edy : “Mana yang lebih baik, kesadaran rendah ataukah kesadaran yang tinggi?”

Romo : “Kesadaran sudah tidak dipandang secara dualitas, namun sebuah alur, layaknya seperti perjalanan ruang dan waktu. Saat kita naik tingkat kesadaran kita, maka naik pulalah kesejahteraan kita.”

Edy : “Bagaimana pendapat Romo, jika ada orang yang menanyakan apakah cukup hanya dengan kesadaran, memangnya tidak memikirkan keperluan sehari-hari, misalnya makan?”

Romo : “Kalau kita berbicara tentang kesadaran, maka kita bicara untuk membentuk kualitas hidup yang lebih baik. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ada bidang lain yang membahasnya, misalnya ilmu ekonomi. Orang yang kesadaran rendah, dalam hidupnya selalu menuntut agar dia menerima, entah itu makanan, uang, atau pujian. Orang yang kesadaran tinggi, dalam hidupnya menawarkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Jadi, orang yang kesadaran tinggi akan berusaha melepaskan egonya, demi membentuk ekosistem kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.”

Edy : “Saya menjadi paham, Romo. Jadi, orang yang tersembuhkan dari traumanya akan naik kesadarannya?”

Romo : “Benar, kalau terjadi secara alamiah memerlukan waktu yang lama. Namun, dengan niat belajar untuk meningkatkan kesadaran, maka proses naiknya kesadaran akan lebih cepat”

Edy : “Bila orang berada pada kesadaran tinggi, adakah kemungkinan kesadaran akan turun lagi, Romo?”

Romo : “Bisa. Setiap kesadaran akan membentuk medan penarik. Tinggal seberapa kuat seseorang untuk selalu belajar untuk berproses. Kecuali, bila sudah mencapai kesadaran cinta. Maka, dia sudah terbebas dari penderitaan, karena dia sudah mampu mengekspresikan dirinya dengan bebas.”

(Edy tertegun mendengar penjelasan Romo. Penjelasan Romo tentu penjelasan yang memerlukan pemikiran mendalam. Namun demikian, ada harapan dalam dirinya, agar mampu mencapai kesadaran diri untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Dia berharap pada waktu yang akan datang, akan mampu menjalani kehidupan dengan menjadi pribadi yang penuh kesadaran).



0 komentar:

Posting Komentar